Saturday, December 18, 2010

DAMAI DI BUMI

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu —Yohanes 14:27

Saya tidak ingin berselisih dengan sekumpulan malaikat yang memenuhi langit, tetapi saya harus mengakui bahwa saya selalu bertanya-tanya tentang janji damai yang disampaikan balatentara surgawi kepada para gembala di padang di luar Betlehem. Sepanjang 2000 tahun terakhir ini, kedamaian di planet kita begitu langka ditemui. Peperangan terus merenggut jiwa-jiwa yang tidak bersalah, kekerasan rumah tangga semakin sering terjadi, tingkat perceraian melonjak, gereja-gereja terpecah, dan damai di hati kita yang gelisah dan tidak patuh hanya menjadi mimpi di siang bolong.

Di manakah damai yang dijanjikan itu? Sesungguhnya, jika kita renungkan, kita dapat melihat bahwa Yesus telah memberi semua hal yang diperlukan untuk terciptanya kedamaian di dunia kita. Dia mengajarkan prinsip-prinsip hidup damai, meminta orang-orang supaya mengasihi sesamanya seperti mengasihi diri sendiri. Dan ketika hendak meninggalkan planet ini, Yesus berjanji, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu” (Yoh. 14:27). Dia meminta kita untuk memberikan pipi kita yang satunya untuk ditampar, berjalan ekstra satu mil, mengampuni kesalahan, menolak keserakahan, menerima kelemahan satu sama lain, hidup saling melayani dan mengasihi sama seperti Dia telah mengasihi kita.

Kelihatannya, perdamaian itu banyak tergantung pada kita. Paulus menyatakannya dalam Roma 12:18, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Di Natal ini, marilah kita menjadikan damai sebagai hadiah bagi dunia tempat kita tinggal sambil kita meneladani sang Raja Damai. —JMS

Kita tahu ada masanya akan ada perselisihan;
Tentang hal ini kita harus sepaham—
Ketika konflik menimpa hidup kita,
Kita akan menyelesaikannya dengan kedamaian.
—Fasick

Ketika kita mengalami damai dengan Allah, kita dapat membagikan damai-Nya kepada orang lain

Monday, December 13, 2010

NATAL PENYEMBUHAN ALLAH

Jika dokter menelepon Anda dan dengan nada serius mengatakan, “Datanglah secepatnya. Ada sesuatu yang ingin saya bahas dengan Anda,” Anda pasti tahu bahwa ia mempunyai berita buruk! Tanggapan pertama Anda mungkin, “Tidak, aku tak ingin mengetahuinya.” Namun, Anda ttp datang juga, krn hanya dengan mengetahui diagnosanya, anda dpt tahu bagaimana menyembuhkannya.

Allah, Tabib Agung kita, juga memiliki sejumlah berita buruk tentang kondisi rohani manusia. Ketika Adam dan Hawa melanggar laranganNya dengan memakan buah terlarang, Allah mengatakan pada Adam bahwa semua manusia akan mati secara fisik dan rohani. Itulah berita buruknya.

Namun, Allah juga memberikan solusinya, Dia menjanjikan seorang Juruselamat (Kejadian: 3: 15). Rasul Yohanes mengatakan, “Kasih Karunia dan kebenaran datang oleh yesus Kristus.” (Yohanes 1:17). Namun, bagaimana ini dapat menolong? Yesus datang di Natal pertama itu untuk membawa kasih karunia Allah, sesuatu yang tidak seorang pun layak menerimanya. Karena sama seperti Adam, kita semua telah berdosa. Namun, yesus juga datang untuk membalikkan akibat yang telah dibawa oleh dosa. Dia datang sebagai kebenaran (Yohanes 14:6) yang membawa kita kembali kepada Allah. Dia datang untuk “menyelamatkan umatNya dari dosa2 mereka.” (Matius 1:21)

Dengarkanlah apa yang dikatakan sang Tabib Agung dalam Alkitab tentang kondisi rohani kita. Lalu terimalah penyembuhan yang telah disediakanNya, yakni ANUGERAH KESELAMATAN MELALUI KRISTUS.

Kehidupan tidaklah pasti,
Kematian itu pasti;
Dosa penyebabnya
KRISTUS penyembuhnya

KEBUTAAN ROHANI HANYA DAPAT DISEMBUHKAN
OLEH SANG TABIB AGUNG

Saturday, December 4, 2010

Awan Badai & Langit Biru Baca: Roma 8:18-30

Dan kesusahan yang tidak seberapa ini, yang kami alami untuk sementara, akan menghasilkan bagi kami suatu kebahagiaan yang luar biasa dan abadi. —2 Korintus 4:17

Saya sempat merasa tawar hati menghadapi sejumlah situasi dan bertanya-tanya bagaimana bisa bersemangat lagi. Saya lalu membaca buku berjudul Life Is Like Licking Honey Off a Thorn (Hidup Bagaikan Menjilat Madu dari Tangkai Berduri) oleh Suzan Lenzkes. Saya membaca hal ini: “Kita tertawa dan menangis ketika mereka menimpa, dan memperkenankan Allah yang berkuasa atas kenyataan itu untuk menjelaskannya.”

Lenzkes menjelaskan ada orang-orang optimis yang “menetap dalam kesenangan dan kenangan indah,” mereka menyangkali adanya kekecewaan hidup. Lainnya adalah kaum pesimis yang “berfokus pada kegagalan hidup, melewatkan sukacita dan kemenangan dalam perjalanan hidupnya.” Namun, orang beriman adalah seorang realis “yang menerima segala hal—segala yang baik dan buruk dalam hidup—dan berulang kali memilih untuk memahami bahwa Allah sungguh mengasihi kita dan senantiasa bekerja demi kebaikan kita dan kemuliaan-Nya.”

Ketika sedang membaca buku ini, saya memandang keluar dan memperhatikan awan gelap dan hujan yang turun terus-menerus. Tidak lama kemudian, angin sepoi pun bertiup dan mengenyahkan awan itu. Tiba-tiba langit berubah menjadi biru cerah. Badai kehidupan pun datang dan pergi seperti awan gelap itu.

Dengan iman, kita berpegang teguh pada janji Allah dalam Roma 8:28. Kita mengingat bahwa “kesusahan yang tidak seberapa ini, yang kami alami untuk sementara, akan menghasilkan bagi kami suatu kebahagiaan yang luar biasa dan abadi” (2 Kor. 4:17 BIS). Allah mengasihi kita dan Dia sedang mempersiapkan kita untuk hari di mana langit akan senantiasa berwarna biru cerah. —AMC

Semua maksud Allah adalah benar,
Sekalipun kita tak bisa melihat
Bagaimana Dia bekerja dalam segala sesuatu
Demi kebaikan kita dan mengubahkan tragedi. —Sper

PERJALANAN BERSAMA ALLAH TAK SELALU NYAMAN,
TETAPI DIA BERJANJI MEMBAWA KITA SELAMAT SAMPAI TUJUAN.

Wednesday, December 1, 2010

Akses Yang Tidak Terbatas (Baca: Efesus 2: 11 - 22)

Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. —Efesus 2:18

November tahun lalu, terjadi pelanggaran keamanan yang mengejutkan ketika sepasang suami-istri dengan berani menerobos masuk ke Gedung Putih untuk suatu acara makan malam kenegaraan—bahkan berada cukup dekat untuk memotret diri mereka bersama Presiden AS. Biasanya, pemeriksaan latar belakang dan penelitian cermat dari daftar tamu dapat mencegah masuknya tamu yang tidak diundang.

Tidak jarang kita menemui adanya larangan masuk dalam hidup sehari-hari. Ada tanda-tanda peringatan seperti: Khusus Karyawan, Dilarang Masuk, Khusus Kendaraan Pejabat, Dilarang Lewat. Tidak seorang pun di antara kita ingin mendengar pernyataan bahwa kita tidak diterima. Namun, faktanya selalu ada tempat di mana kita akan dilarang masuk. Ini membuat saya mengucap syukur karena Allah tidak menetapkan larangan bagi mereka yang ingin datang kepada-Nya.

Mereka yang datang kepada Allah tidak akan melihat tanda “Dilarang Masuk”. Melalui doa, Allah Bapa memperkenankan kita untuk datang kepada-Nya secara langsung dan tanpa dibatasi. Ini karena anak-Nya, Yesus Kristus, telah membuka jalan bagi semua orang yang menerima-Nya (Ef.2:18). “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Mat11:28). “Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” (Yoh. 6:37). “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!” (Yoh. 7:37).
Begitu kita datang kepada Kristus untuk menerima keselamatan, kita dapat menikmati persekutuan yang tidak terbatas. Pintu kepada-Nya selalu terbuka. —CHK

Doa-doa kita naik ke takhta surga
Tak peduli bentuk apa pun yang kita pakai;
Bapa kita senantiasa mendengarkan milik-Nya
Tak peduli kata-kata apa pun yang kita untai.
—D. De Haan

TAHTA ALLAH SENANTIASA TERBUKA BAGI ANAK-ANAKNYA