Tuesday, May 24, 2011

Kebaikan Yang Sia-Sia Baca: Wahyu 2:1-7

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. —Wahyu 2:4

Istri saya, Martie, adalah seorang juru masak yang hebat. Bersantai setelah sibuk seharian sambil menikmati masakan lezatnya benar-benar merupakan hal yang menyenangkan. Kadang-kadang setelah makan malam, ia keluar untuk suatu urusan, meninggalkan saya sendirian dengan pilihan antara mengambil remote TV atau membersihkan dapur.

Ketika saya sedang punya niat baik, saya akan menggulung lengan baju, mencuci peralatan makan dalam mesin pencuci piring, dan menyikat semua periuk dan panci—semuanya saya lakukan demi sukacita ketika mendengar ucapan terima kasih dari Martie, yang biasanya mengatakan, “Wah Joe! Kau tak perlu repot-repot membersihkan dapur!” Saya pun berkesempatan untuk berkata, “Aku ingin menunjukkan padamu betapa aku sungguh mengasihimu!”

Ketika Yesus mencela jemaat di Efesus karena mereka telah meninggalkan kasih “yang semula” (Why. 2:4), hal itu disebabkan karena mereka melakukan banyak kebaikan, tetapi dilakukan bukan karena kasih mereka kepada-Nya. Walaupun mereka dipuji atas ketekunan dan kesabaran mereka, tetapi menurut Kristus, mereka melakukan kebaikan yang sia-sia.

Bersikap baik harus selalu menjadi suatu bentuk ibadah. Menentang godaan, mengampuni, melayani, dan mengasihi sesama merupakan kesempatan demi kesempatan yang kita miliki untuk secara nyata mewujudkan kasih kita kepada Yesus—bukan demi mendapatkan suatu pengakuan atau pujian.

Kapan terakhir kali Anda melakukan “kebaikan” karena Anda mengasihi Yesus? —JMS
Bagi banyak orang, kasih hanya sekadar kata,
Hanya perasaan sesaat dan emosi sepintas;
Tetapi kasih yang menghormati Kristus Tuhan kita
Menanggapi-Nya dengan pengabdian yang mendalam. —Hess
Kasih sejati dinyatakan dalam perbuatan.