Sunday, October 16, 2011

Sukacita Di Pagi HariMazmur 40:1-6

Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai. —Mazmur 30:6

Angie tidak dapat melihat jalan melalui jendela mobilnya yang berkabut. Tanpa diketahuinya, ia keluar jalur dan membawa mobilnya berhadapan dengan sebuah truk yang melaju ke arahnya. Kecelakaan naas itu menyebabkan kerusakan berat pada otaknya sehingga ia tidak mampu lagi berbicara atau merawat dirinya sendiri.

Selama bertahun-tahun, saya mengagumi ketabahan orangtua Angie. Baru-baru ini saya bertanya kepada mereka, “Bagaimana cara kalian melalui pengalaman seperti ini?” Dengan penuh kesungguhan, ayahnya menjawab, “Sejujurnya, satu-satunya cara untuk kami mampu menjalani semua ini adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. Dia memberi kami kekuatan yang dibutuhkan untuk menolong kami melalui semua ini.”

Ibu Angie pun setuju dan menambahkan bahwa di masa setelah terjadinya kecelakaan, mereka merasa sangat berduka sampai-sampai mereka tidak yakin akan dapat mengalami sukacita lagi. Ketika mereka berdua bersandar kepada Allah, secara tak terduga mereka mengalami bagaimana kebutuhan bagi perawatan fisik dan rohani Angie beserta seluruh keluarga mereka dipenuhi dengan begitu berlimpah.

Meskipun Angie mungkin tidak akan pernah mampu untuk berbicara lagi, tetapi ia sekarang dapat menanggapi mereka dengan senyum lebar dan hal ini membuat mereka bersukacita. Ayat yang tetap menjadi favorit orangtua Angie adalah: “Sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm. 30:6).

Pernahkah Anda mengalami kesedihan yang sangat mendalam? Di tengah mengalirnya air mata Anda, ada janji sukacita di masa depan saat Anda bersandar kepada Tuhan kita yang penuh kasih. —HD

Belas kasihan yang baru setiap pagi,Kasih karunia setiap hari,Harapan baru dalam setiap pencobaan,Dan keberanian melangkah di sepanjang jalan. —McVeigh

Serahkanlah penderitaanmu pada Yesus, “Pribadi yang penuh kesengsaraan”.

Monday, October 10, 2011

Suap Ulangan 10:12-22

Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat. —Keluaran 23:8

Dalam suatu perjalanan di luar negeri, suami saya melihat ada banyak cekungan yang dalam di ruas-ruas jalan yang beraspal. Ketika ia menanyakan tentang hal itu, sopir kami menjelaskan bahwa hal itu disebabkan oleh roda-roda truk yang mengangkut muatan barang yang beratnya melebihi ketentuan yang berlaku. Ketika dihentikan polisi, para pengemudi truk biasa menyuap polisi supaya tidak kena denda.

Para pengemudi truk dan polisi mendapat keuntungan finansial, tetapi pengemudi lainnya dan rakyat yang membayar pajak harus secara tidak adil menanggung beban keuangan dan ketidaknyamanan akibat jalan-jalan yang rusak berat.

Tidak semua penyuapan dilakukan terang-terangan; ada yang melakukannya secara halus. Dan tidak semuanya berkaitan dengan uang. Sanjungan adalah penyuapan yang menggunakan kata-kata sebagai mata uangnya. Jika kita memberikan perlakuan istimewa kepada seseorang karena ia mengatakan sesuatu yang baik tentang kita, ini sama seperti menerima suap. Bagi Allah, segala jenis sikap memihak adalah bentuk ketidakadilan. Dia bahkan menetapkan keadilan sebagai syarat untuk tetap tinggal di Tanah Perjanjian. Bangsa Israel dilarang memutarbalikkan keadilan atau bersikap memihak (Ul. 16:19-20).

Suap merebut keadilan yang menjadi hak seseorang, dan ini merupakan pelanggaran terhadap sifat Allah, yang adalah “Allah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu ataupun menerima suap” (10:17).

Bersyukurlah karena Tuhan tidak bersikap memihak dalam caranya memperlakukan kita, dan Dia ingin supaya kita memperlakukan satu sama lain dengan sikap yang sama. —JAL

Tak peduli apapun ras atau jenis kelaminnya,Kaya atau miskin, besar atau kecil,
Allah yang menciptakan kita tak bersikap memihak;
Dia mengutus Kristus ‘tuk mati bagi semua. —D. De HaanSuap tanda sikap memihak; kasih tanda keadilan.

Monday, October 3, 2011

Untuk Allah Yang Kukasihi

Baca: Matius 6:16-18
Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. —Matius 6:16

Beberapa tahun yang lalu di gereja kami, saya menyampaikan suatu seri khotbah tentang Kemah Suci pada Perjanjian Lama. Sebelum berkhotbah tentang meja untuk roti sajian, saya melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya—saya berpuasa makanan selama beberapa hari. Saya berpuasa karena saya ingin mengalami kebenaran dari firman “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan Tuhan” (Ul. 8:3). Saya ingin menyangkal diri dari sesuatu yang saya sukai, yaitu makanan, karena saya mengasihi Allah lebih daripada makanan.

Ketika berpuasa, saya mengikuti ajaran Yesus tentang berpuasa dalam Matius 6:16-18.
Yesus memberikan suatu perintah negatif: “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik” (ay.16). Lalu, Dia memberikan suatu perintah positif agar kita menuangkan minyak ke kepala dan mencuci muka kita (ay.17).

Perpaduan dari kedua perintah tersebut mengandung arti bahwa janganlah kita menarik perhatian orang terhadap diri kita sendiri. Yesus mengajarkan bahwa puasa adalah suatu sikap pengorbanan sebagai ibadah yang dilakukan oleh diri sendiri dan tidak boleh menjadi alat untuk menyombongkan diri dalam kerohanian. Akhirnya, Dia memberikan suatu janji: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (ay.18).

Walaupun puasa tidaklah diwajibkan, tetapi dengan melepaskan sesuatu yang kita sukai, kita dapat memiliki pengalaman yang lebih mendalam dengan Allah yang kita kasihi. Dia membalas ibadah kita dengan cara menyatakan diri-Nya sendiri kepada kita. —MLW

Tuhan, kami ingin berjalan dekat dengan-Mu setiap hari. Tolong kami untuk dengan tekun mencari-Musehingga kami bisa mengenal-Mu dengan dekat dan mengikut-Mu dengan taat. Amin.Menjauhkan diri dari meja makan dapat membawa kita semakin dekat kepada Bapa.