Baca: 2 Samuel 12:1-14
“Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. —2 Samuel 12:10
Seorang anak remaja yang terus-menerus terlibat masalah selalu meminta maaf ketika ia berhadapan dengan orangtuanya. Tidak peduli seberapa banyak ia telah menyakiti orangtuanya dengan segala kesalahan yang telah dilakukannya, ia akan segera mengabaikannya dan melakukan kesalahan lainnya, karena ia mengetahui bahwa ia akan diampuni.
Akhirnya, sang ayah membawa anak remaja ini ke garasi untuk berbicara dengannya. Sang ayah mengambil palu dan menancapkan sebatang paku ke dinding garasi. Lalu, ia memberikan palu itu ke anaknya dan menyuruhnya untuk mencabut paku tadi.Dengan enggan, anak itu memegang palu, dan mencabut paku yang tertancap di dinding garasi.
“Seperti itulah pengampunan, Nak. Ketika kau melakukan kesalahan, itu seperti menancapkan sebuah paku. Pengampunan adalah ketika kau mencabut paku itu.”
“Baiklah, aku mengerti,” kata anak itu.
“Nah, sekarang ambil palu itu dan keluarkan lubang pakunya,” jawab ayahnya.
“Itu mustahil!” kata anaknya. “Aku tak bisa mencabutnya.”
Seperti yang digambarkan oleh cerita itu dan bukti dari hidup Raja Daud, dosa memiliki konsekuensi.
Meskipun Daud telah diampuni, perzinahan dan pembunuhan yang dilakukannya telah meninggalkan bekas-bekas luka dan menciptakan banyak masalah keluarga (2 Sam. 12:10).
Kebenaran sederhana ini berfungsi sebagai peringatan bagi hidup kita. Cara terbaik untuk menghindari kerusakan dosa yang membekas adalah dengan menjalani hidup taat pada Allah. —JDB
Doa: Terima kasih karena Engkau lambat untuk marah dan memenuhi kami dengan kasih. Kiranya aku tak menyalahgunakan belas kasih-Mu dengan anggapan tak ada konsekuensi atas dosaku. Tolong aku ‘tuk mengakui dosaku dan tak mengulanginya lagi. Amin
Dosa-dosa kita dapat diampuni dan dihapuskan,
tetapi konsekuensinya tetap harus kita bayar.
Friday, November 19, 2010
Subscribe to:
Posts (Atom)