Saturday, February 4, 2012

Pemangsaan Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. —Matius 5:7

Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. —Matius 5:7 Orang yang mempelajari kehidupan ikan hiu memberitahu kita bahwa serangan hiu paling mungkin terjadi ketika hiu mencium bau darah di dalam air. Darah menjadi pemicu bagi mekanisme makan mereka dan mereka pun menyerang, biasanya dalam kelompok, menciptakan ajang pemangsaan. Darah di air menandakan rentannya si target.

Sayangnya, terkadang seperti itulah tanggapan orang-orang di gereja terhadap mereka yang terluka. Alih-alih menjadi suatu komunitas di mana orang-orang saling mengasihi, memperhatikan, dan membangun, gereja dapat menjadi suatu lingkungan yang berbahaya tempat para pemangsa mencaricari “darah di dalam air” dalam bentuk kegagalan atau kesalahan seseorang. Dari situ, ajang pemangsaan pun terjadi.

Alih-alih semakin menjatuhkan orang di saat mereka sudah terpuruk, kita seharusnya memberikan dorongan dari Kristus dengan cara menolong untuk memulihkan mereka yang gagal,. Tentu saja, kita tidak boleh membenarkan perbuatan berdosa, tetapi Tuhan memanggil kita untuk menunjukkan belas kasihan. Dia berkata, “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Mat. 5:7). Menerima belas kasihan berarti tidak mendapatkan apa yang sepantasnya kita terima, dan kita semua pantas menerima hukuman kekal. Allah yang sama, yang telah menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita di dalam Kristus, memanggil kita untuk menunjukkan belas kasihan kepada satu sama lain.

Jadi ketika kita melihat “darah di dalam air,” marilah kita menunjukkan belas kasihan. Suatu hari kelak, mungkin kita yang menghendaki orang lain berbelaskasihan kepada kita! —WEC

Tuhan, tolonglah kami untuk berbelas kasihan
Kepada mereka yang jatuh dalam dosa,
Mengingat bahwa Engkau telah menyelamatkan kami
Dan membersihkan hati kami. —Sper

Kita baru dapat berhenti berbelas kasih kepada sesama jika Kristus berhenti berbelas kasih kepada kita.



Kudus Kolose 1:1-2

Kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. —Kolose 1:2Orang kudus” mungkin bukanlah suatu istilah yang akan kita pakai untuk menyebut diri kita sendiri. Namun, dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus sering menyebut orang-orang percaya sebagai “saudara-saudara yang kudus” (Ef. 1:1, Kol. 1:2). Apakah mereka disebut orang kudus karena mereka itu sempurna? Tidak. Mereka adalah manusia biasa dan, oleh karena itu, berdosa. Lalu, apa maksud Paulus? Istilah orang kudus dalam Perjanjian Baru berarti bahwa seseorang secara khusus dipisahkan bagi Allah.

Istilah ini juga menggambarkan orang-orang yang memiliki kesatuan rohani dengan Kristus (Ef. 1:3-6). Istilah orang kudus sama artinya dengan seseorang yang secara pribadi percaya kepada Yesus (Rm. 8:27) dan mereka yang menjadi anggota gereja (Kis. 9:32).Orang-orang kudus mempunyai tanggung jawab melalui kuasa Roh Kudus untuk menjalani hidup sesuai dengan panggilan mereka. Meski tidak hanya terbatas pada hal-hal berikut ini, tetapi tanggung jawab mereka termasuk tidak lagi melakukan percabulan yang amoral dan tidak lagi mengucapkan perkataan yang tidak pantas (Ef. 5:3-4). Kita harus mengenakan sifat diri yang baru dengan saling melayani (Rm. 16:2), rendah hati, lemah lembut, sabar, memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Ef. 4:1-3), taat, serta tabah dalam penderitaan (Why. 13:10; 14:12). Dalam Perjanjian Lama, pemazmur menyebut orang-orang kudus sebagai ”orang-orang mulia yang selalu menjadi kesukaanku” (Mzm. 16:3).



Penyembahan Yang Salah Kisah Para Rasul 19:23-40

Jika Anda benar-benar ingin membuat orang-orang marah, hancurkanlah mata pencaharian mereka.
Kondisi perekonomian yang buruk dapat membuat para politisi jatuh dari kursi mereka, dan ancaman kehancuran ekonomi hampir membuat Rasul Paulus diusir dari Efesus.
Inilah yang terjadi. Paulus datang ke kota Efesus dan “berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah” (Kis. 19:8). Selama lebih dari 2 tahun ia memberitakan Injil, dan banyak orang mulai mengikut Yesus.

Karena Paulus begitu berhasil membuat orang-orang menyadari bahwa hanya ada satu Allah yang sejati, banyak warga Efesus berhenti menyembah dewi Diana. Ini adalah kabar buruk bagi para pengrajin perak setempat, yang mata pencahariannya adalah membuat dan menjual patung-patung dewi Diana. Jika ada banyak orang yang berhenti memuja dewi itu, bisnis mereka pun akan menjadi kering. Terjadilah suatu kerusuhan dan kekacauan ketika para pengrajin perak menyadari akibat tersebut.

Peristiwa di Efesus ini dapat mengingatkan kita untuk mengevaluasi alasan kita beribadah kepada Allah. Para pengrajin itu ingin mempertahankan kegiatan ibadah mereka sebagai suatu jalan untuk melindungi penghasilan mereka. Kiranya hal ini tidak pernah terjadi pada kita. Jangan pernah biarkan ibadah Anda kepada Allah menjadi jalan untuk memperoleh keuntungan.
Kita beribadah kepada Allah karena kasih-Nya kepada kita dan karena diri-Nya, bukan karena mengasihi-Nya dapat menolong kita untuk memperoleh kemakmuran. Marilah beribadah kepada Allah dengan cara yang benar. —JDB

No comments:

Post a Comment