Saturday, August 28, 2010
Tidak Ada Kasih Yang Lebih Besar
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
—Yohanes 15:13
Shrine of Remembrance yang ada di Melbourne, Australia, adalah museum peringatan untuk menghormati mereka yang mengorbankan nyawa bagi negaranya. Dibangun setelah Perang Dunia I, museum tersebut selanjutnya diperluas penggunaannya untuk mengingat mereka yang membela negara dalam konflik-konflik berikutnya.
Sungguh ini adalah suatu tempat yang indah dan mengingatkan kita akan nilai keberanian dan pengabdian, tetapi yang menjadi daya tarik utama dari museum ini adalah sebuah aula yang di dalamnya terletak sebuah batu berukirkan kata-kata, “Tidak Ada Kasih yang Lebih Besar.” Setiap tahun pada hari ke-11 dari bulan ke-11 pada pukul 11 pagi, sebuah cermin memantulkan cahaya matahari ke arah batu tersebut untuk menyorot kata Kasih. Ini merupakan bentuk penghormatan bagi mereka yang telah mengorbankan nyawa mereka. Kita menghormati kenangan terhadap mereka yang telah membayar harga yang mahal untuk kemerdekaan.
Namun, kata-kata di batu itu mengandung arti yang jauh lebih agung. Yesus berbicara pada murid-murid-Nya di malam sebelum Dia mati di kayu salib bagi dosa-dosa dunia (Yoh. 15:13). Kematian-Nya bukanlah untuk memberi kita kemerdekaan dari tirani politik, melainkan dari hukuman dosa. Kematian-Nya tidak hanya untuk memberi kita kehidupan yang lebih baik, tetapi demi memberi kita hidup yang kekal.
Memang penting untuk mengingat mereka yang telah memberikan nyawanya bagi negara mereka—tetapi kiranya kita tidak akan lupa untuk memuji dan mengagungkan Kristus yang mati bagi dunia yang sedang sekarat ini. Sungguh, tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih-Nya ini. —WEC
Salib Yesus adalah bukti nyata terbesar dari kasih Allah.
Saturday, August 21, 2010
Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku
Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku.(Yesaya 46:9)
Saya dan istri saya tidak selalu saling memahami. Contohnya, masih menjadi misteri bagi istri saya bagaimana saya dapat menikmati menonton pertandingan bisbol antara tim yang sudah tidak berpeluang lagi untuk juara. Dan pastinya saya juga tidak mengerti mengapa ia begitu gemar berbelanja.
Mengasihi seseorang dengan sepenuh hati tidaklah berarti bahwa Anda harus sepenuhnya memahami dirinya. Ini adalah kabar gembira, karena kita memang tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami misteri yang begitu dalam dari Allah yang kita kasihi.
Dengan pikiran yang terbatas dan pandangan yang terpusat pada diri kita sendiri, kita tidak dapat mengerti mengapa Allah melakukan apa yang dikerjakan-Nya. Meskipun demikian, sebagai contohnya beberapa orang memandang suatu musibah, dan akhirnya menjauh dari Allah—karena merasa bahwa pemahaman mereka yang terbatas terhadap situasi tersebut jauh lebih baik daripada hikmat pengetahuan Allah yang tidak terbatas.
Sebenarnya, kalau kita dapat memahami Allah—jika Dia tidak lebih dari seorang manusia yang mulia dengan pengetahuan yang tidak lebih hebat daripada orang yang paling cerdas—di manakah kebesaran dan keagungan-Nya, Sang Mahakuasa? Satu alasan kita mengetahui betapa agungnya Allah kita adalah karena kita tidak dapat memahami pemikiran-Nya dengan pikiran kita.
Rasul Paulus bertanya, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” (1 Kor. 2:16). Jelas sekali jawabannya, yakni tidak seorang pun. Puji Tuhan, walaupun kita tidak memahami-Nya, kita tahu bahwa kita dapat mempercayai-Nya. —JDB
Jalan-Mu, oh Tuhan, jauh lebih tinggi
Dan pengetahuan-Mu sangatlah luas;
Berilah kami kekuatan untuk percaya pada-Mu
Saat hidup sama sekali susah dimengerti. —Sper
Walau mustahil untuk memahami Allah sepenuhnya, yang terpenting bagi kita adalah menyembah Dia
Saya dan istri saya tidak selalu saling memahami. Contohnya, masih menjadi misteri bagi istri saya bagaimana saya dapat menikmati menonton pertandingan bisbol antara tim yang sudah tidak berpeluang lagi untuk juara. Dan pastinya saya juga tidak mengerti mengapa ia begitu gemar berbelanja.
Mengasihi seseorang dengan sepenuh hati tidaklah berarti bahwa Anda harus sepenuhnya memahami dirinya. Ini adalah kabar gembira, karena kita memang tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami misteri yang begitu dalam dari Allah yang kita kasihi.
Dengan pikiran yang terbatas dan pandangan yang terpusat pada diri kita sendiri, kita tidak dapat mengerti mengapa Allah melakukan apa yang dikerjakan-Nya. Meskipun demikian, sebagai contohnya beberapa orang memandang suatu musibah, dan akhirnya menjauh dari Allah—karena merasa bahwa pemahaman mereka yang terbatas terhadap situasi tersebut jauh lebih baik daripada hikmat pengetahuan Allah yang tidak terbatas.
Sebenarnya, kalau kita dapat memahami Allah—jika Dia tidak lebih dari seorang manusia yang mulia dengan pengetahuan yang tidak lebih hebat daripada orang yang paling cerdas—di manakah kebesaran dan keagungan-Nya, Sang Mahakuasa? Satu alasan kita mengetahui betapa agungnya Allah kita adalah karena kita tidak dapat memahami pemikiran-Nya dengan pikiran kita.
Rasul Paulus bertanya, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” (1 Kor. 2:16). Jelas sekali jawabannya, yakni tidak seorang pun. Puji Tuhan, walaupun kita tidak memahami-Nya, kita tahu bahwa kita dapat mempercayai-Nya. —JDB
Jalan-Mu, oh Tuhan, jauh lebih tinggi
Dan pengetahuan-Mu sangatlah luas;
Berilah kami kekuatan untuk percaya pada-Mu
Saat hidup sama sekali susah dimengerti. —Sper
Walau mustahil untuk memahami Allah sepenuhnya, yang terpenting bagi kita adalah menyembah Dia
Sunday, August 15, 2010
TIPS AGAR TIDAK MUDAH SAKIT HATI & MEMENDAM KEPAHITAN
Jangan berharap tidak akan ada orang yg akan menyakiti hati kita.
Bila ada orang yg menyakiti kita, janganlah ingin membalasnya. Pembalasan bukanlah hak kita. Serahkanlah hak untuk membalas itu kepada TUHAN ( Roma 12:12-20 ). Orang yg menyakiti orang lain tidak akan luput dari hukuman TUHAN.
Saat ada orang yg menyakiti kita, anggaplah bahkan yakinlah bahwa tindakan orang itu adalah sebuah alat yg digunakan TUHAN untuk mendatangkan kebaikan buat kita. ( Roma 8:28 )
Ketika kita sakit hati, hendaklah kita mengerti bahwa situasi itu merupakan sarana pendidikan yg baik untuk kita mengenal jauh akan ketetapan-ketetapan TUHAN.
Terimalah orang-orang yg menyakiti kita dengan Kasih Kristus yg telah menerima kita ( Roma 15:7 ). Sebab pada umumnya merekalah yg sedang butuh perhatian dan kasih sayang.
Ingatlah selalu betapa banyak kita telah menyakiti TUHAN dan betapa lebih banyak lagi TUHAN telah mengampuni kita.
Bila ada orang yg menyakiti kita, janganlah ingin membalasnya. Pembalasan bukanlah hak kita. Serahkanlah hak untuk membalas itu kepada TUHAN ( Roma 12:12-20 ). Orang yg menyakiti orang lain tidak akan luput dari hukuman TUHAN.
Saat ada orang yg menyakiti kita, anggaplah bahkan yakinlah bahwa tindakan orang itu adalah sebuah alat yg digunakan TUHAN untuk mendatangkan kebaikan buat kita. ( Roma 8:28 )
Ketika kita sakit hati, hendaklah kita mengerti bahwa situasi itu merupakan sarana pendidikan yg baik untuk kita mengenal jauh akan ketetapan-ketetapan TUHAN.
Terimalah orang-orang yg menyakiti kita dengan Kasih Kristus yg telah menerima kita ( Roma 15:7 ). Sebab pada umumnya merekalah yg sedang butuh perhatian dan kasih sayang.
Ingatlah selalu betapa banyak kita telah menyakiti TUHAN dan betapa lebih banyak lagi TUHAN telah mengampuni kita.
Monday, August 9, 2010
TUHAN KUYohanes 20:19-29
Thomas menjawab dan berkata kepada Dia, “Ya Tuhanku dan Allahku!” —Yohanes 20:28
Pada hari kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya dan memperlihatkan kepada mereka tangan dan kaki-Nya. Kita mengetahui bahwa pada awalnya mereka belum percaya karena girangnya—tampaknya terlalu indah untuk menjadi kenyataan (Luk. 24:40-41). Tomas sedang tidak bersama para murid, tetapi ia juga sulit mempercayai hal itu sampai ia melihatnya sendiri. Saat Yesus menampakkan diri di depan Tomas dan berkata kepadanya untuk mencucukkan jarinya di lubang bekas paku dan tangannya pada bekas luka di lambung-Nya, Tomas berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28).
Kemudian, selain mengatakan kepada jemaat di Filipi tentang penderitaan yang dialaminya, Paulus juga menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Paulus bersaksi bahwa ia telah datang ke tempat di mana ia menganggap semua pengalamannya sebagai kerugian “karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhannya” (Flp. 3:8).
Anda dan saya tidak pernah melihat Yesus meredakan badai atau menghidupkan orang dari kematian. Kita tidak pernah duduk di kaki-Nya di bukit Galilea dan mendengarkan ajaran-Nya secara langsung. Namun, melalui mata iman, kita telah disembuhkan secara rohani oleh kematian-Nya demi menggantikan kita. Dengan demikian kita dapat bergabung dengan Tomas dan Paulus dan banyak orang yang tak terhitung jumlahnya untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan kita.
Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Ketika kita percaya, kita juga dapat memanggil Yesus, “Ya Tuhanku dan Allahku!” —JDE
Berpadu kasih dan sedih,Mengalir dari luka-Mu;Mahkota duri yang pedih Menjadi keagungan-Mu. —Watts (Kidung Jemaat, No. 169)
Meski tak bisa melihat-Nya dengan mata kita, kita bisa mempercayai-Nya dengan hati kita—Dialah Tuhan!
Pada hari kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya dan memperlihatkan kepada mereka tangan dan kaki-Nya. Kita mengetahui bahwa pada awalnya mereka belum percaya karena girangnya—tampaknya terlalu indah untuk menjadi kenyataan (Luk. 24:40-41). Tomas sedang tidak bersama para murid, tetapi ia juga sulit mempercayai hal itu sampai ia melihatnya sendiri. Saat Yesus menampakkan diri di depan Tomas dan berkata kepadanya untuk mencucukkan jarinya di lubang bekas paku dan tangannya pada bekas luka di lambung-Nya, Tomas berseru, “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28).
Kemudian, selain mengatakan kepada jemaat di Filipi tentang penderitaan yang dialaminya, Paulus juga menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan. Paulus bersaksi bahwa ia telah datang ke tempat di mana ia menganggap semua pengalamannya sebagai kerugian “karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhannya” (Flp. 3:8).
Anda dan saya tidak pernah melihat Yesus meredakan badai atau menghidupkan orang dari kematian. Kita tidak pernah duduk di kaki-Nya di bukit Galilea dan mendengarkan ajaran-Nya secara langsung. Namun, melalui mata iman, kita telah disembuhkan secara rohani oleh kematian-Nya demi menggantikan kita. Dengan demikian kita dapat bergabung dengan Tomas dan Paulus dan banyak orang yang tak terhitung jumlahnya untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan kita.
Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh. 20:29). Ketika kita percaya, kita juga dapat memanggil Yesus, “Ya Tuhanku dan Allahku!” —JDE
Berpadu kasih dan sedih,Mengalir dari luka-Mu;Mahkota duri yang pedih Menjadi keagungan-Mu. —Watts (Kidung Jemaat, No. 169)
Meski tak bisa melihat-Nya dengan mata kita, kita bisa mempercayai-Nya dengan hati kita—Dialah Tuhan!
Thursday, August 5, 2010
MENYERAHKAN KENDALI
Mazmur 48:15
"Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita”
Diceritakan ada seorang gadis kecil yang ayahnya berprofesi sebagai seorang pilot pesawat. Ketika mereka melintasi lautan Atlantik tiba-tiba datanglah badai. Mengetahui cuaca sekitar begitu buruk, awak pesawat pun membangunkan gadis kecil itu dan menyuruhnya mengenakan sabuk pengaman. Gadis kecil tersebut akhirnya terbangun dan membuka matanya. Saat ia melihat kilatan petir di sekeliling pesawat, bertanyalah ia kepada awak kapal yang membangunkannya, “Apakah Ayah memegang kendali?’ Awak pesawat menjawab, “Ya, ayahmu ada di ruang kokpit.” Begitu mendengar jawaban tersebut, gadis kecil itu tersenyum, menutup matanya, dan kembali tidur.
Allah memegang kendali atas hidup kita, namun Dia memberi kita kebebasan untuk menjadi pilot atas diri kita sendiri seperti yang kita inginkan. Masalahnya sekarang adalah waktu kita memegang kendali atas diri kita sendiri, kita sering menabrak sesuatu, seperti halnya seorang pilot yang belum diajarkan cara menerbang, tetapi diberi tanggung jawab memegang kendali pesawat terbang.
Allah mengenal kita. Dia mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kita, dan Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Jika kita bersedia menyerahkan kendali hidup kita kepada-Nya, Dia akan membawa kita ke tempat yang telah dijanjikan-Nya dengan keadaan selamat.
Anda akan merasakan ketenangan di dalam dunia ini bila Tuhan Yesus lah yang menjadi pengendali kehidupan Anda.
Subscribe to:
Posts (Atom)