Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku.(Yesaya 46:9)
Saya dan istri saya tidak selalu saling memahami. Contohnya, masih menjadi misteri bagi istri saya bagaimana saya dapat menikmati menonton pertandingan bisbol antara tim yang sudah tidak berpeluang lagi untuk juara. Dan pastinya saya juga tidak mengerti mengapa ia begitu gemar berbelanja.
Mengasihi seseorang dengan sepenuh hati tidaklah berarti bahwa Anda harus sepenuhnya memahami dirinya. Ini adalah kabar gembira, karena kita memang tidak akan pernah dapat sepenuhnya memahami misteri yang begitu dalam dari Allah yang kita kasihi.
Dengan pikiran yang terbatas dan pandangan yang terpusat pada diri kita sendiri, kita tidak dapat mengerti mengapa Allah melakukan apa yang dikerjakan-Nya. Meskipun demikian, sebagai contohnya beberapa orang memandang suatu musibah, dan akhirnya menjauh dari Allah—karena merasa bahwa pemahaman mereka yang terbatas terhadap situasi tersebut jauh lebih baik daripada hikmat pengetahuan Allah yang tidak terbatas.
Sebenarnya, kalau kita dapat memahami Allah—jika Dia tidak lebih dari seorang manusia yang mulia dengan pengetahuan yang tidak lebih hebat daripada orang yang paling cerdas—di manakah kebesaran dan keagungan-Nya, Sang Mahakuasa? Satu alasan kita mengetahui betapa agungnya Allah kita adalah karena kita tidak dapat memahami pemikiran-Nya dengan pikiran kita.
Rasul Paulus bertanya, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?” (1 Kor. 2:16). Jelas sekali jawabannya, yakni tidak seorang pun. Puji Tuhan, walaupun kita tidak memahami-Nya, kita tahu bahwa kita dapat mempercayai-Nya. —JDB
Jalan-Mu, oh Tuhan, jauh lebih tinggi
Dan pengetahuan-Mu sangatlah luas;
Berilah kami kekuatan untuk percaya pada-Mu
Saat hidup sama sekali susah dimengerti. —Sper
Walau mustahil untuk memahami Allah sepenuhnya, yang terpenting bagi kita adalah menyembah Dia
Saturday, August 21, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment