Monday, November 14, 2011

Kesaksian Terbaik KitaBaca: Yohanes 9:13-25
Apakah orang itu orang berdosa, aku tidak tahu; tetapi satu hal aku tahu, yaitu bahwa aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat. —Yohanes 9:25Dalam perjalanan selama 8 jam dengan kereta api, saya duduk di sebelah seorang duta besar Amerika Serikat yang telah pensiun. Kami pun segera terlibat dalam perdebatan setelah ia menghela napas sewaktu saya mengeluarkan Alkitab.

Saya langsung menanggapinya. Awalnya, kami saling bertukar kalimat singkat untuk mempertahankan pendapat kami. Namun, lambat laun, percakapan kami diwarnai dengan kisah hidup kami masing-masing. Rasa ingin tahu begitu menguasai kami berdua sehingga kami justru saling mengajukan pertanyaan dan bukan lagi berdebat. Sebagai lulusan jurusan ilmu politik dan pemerhati soal politik, saya pun tertarik mendengar tentang karirnya, dimana ia pernah dua kali menjabat sebagai duta besar yang berperan penting.

Anehnya, pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya adalah tentang iman saya. Bagaimana saya menjadi “seorang percaya” adalah hal yang paling menarik baginya. Perjalanan kami pun berakhir dalam suasana bersahabat, bahkan kami pun saling bertukar kartu nama. Setelah turun dari kereta api, ia berpaling kepada saya dan berkata, “Menurutku, bagian terbaik dari argumen Anda bukanlah apa yang Anda pikir dapat dilakukan Yesus bagi saya, melainkan apa yang telah dilakukan-Nya bagi Anda.”
Dalam Yohanes 9, sama seperti di atas kereta api itu, Allah mengingatkan bahwa kesaksian kita yang terbaik adalah pengalaman yang kita alami sendiri, yakni perjumpaan pribadi kita dengan Yesus Kristus. Berlatihlah menyaksikan kisah iman Anda kepada sahabat dekat dan orang-orang yang Anda kasihi, agar kemudian Anda dapat menceritakannya dengan jelas kepada orang lain. —RKK




Penglihatan Menakjubkan Baca: Mazmur 33:13-22
Dari tempat kediaman-Nya Ia menilik semua penduduk bumi. —Mazmur 33:14
Baru-baru ini, dari rumah saya di Colorado, Amerika Serikat, saya menggunakan Google Maps untuk “menjelajahi” lingkungan di Nairobi, Kenya, di mana keluarga saya tinggal 20 tahun yang lalu. Sebuah gambar melalui satelit di layar komputer memungkinkan saya untuk mengenali berbagai jalan, bangunan bersejarah, dan gedung yang ada. Ada kalanya, saya mendapatkan gambar dengan sudut pandang sejajar jalan, sehingga seolah-olah saya memang sedang berdiri di tempat itu.

Pemandangan tersebut memang menarik, tetapi ini hanyalah suatu cuplikan dari cara Allah melihat dunia kita.
Pemazmur memuji penglihatan Allah dengan menuliskan kata-kata berikut: “Tuhan memandang dari sorga, Ia melihat semua anak manusia;. . . . memperhatikan segala pekerjaan mereka. . . . mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan” (33:13-19).

Tidak seperti satelit yang tidak mempunyai perasaan, Tuhan melihat dengan hati-Nya yang penuh kasih pada saat Dia memperhatikan siapa kita dan apa yang kita lakukan. Alkitab mengungkapkan bahwa Dia merindukan kita untuk mempercayai-Nya dan mengikuti jalan-Nya. Kita tidak pernah lepas dari pandangan Allah, dan Dia terus memperhati-kan dengan seksama setiap orang yang berharap kepada-Nya.
Bagi semua orang yang mengenal Tuhan melalui iman dalam Yesus Kristus, sungguh menguatkan ketika kita menyadari bahwa setiap hari kita menjadi bagian dari penglihatan-Nya yang menakjubkan. —DCM


DekatBaca: 1 Petrus 4:7-11Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. —1 Tesalonika 5:11Saya dan seorang teman bepergian bersama, dan ia terlihat agak lelah.

Sesampainya kami di bandara, ia lupa menyiapkan kartu identitasnya dan tidak dapat menemukan nomor konfirmasi pemesanan tiketnya. Agen tiketnya menunggu dengan sabar sambil tersenyum, lalu kemudian menolongnya melakukan check-in. Setelah menerima tiketnya, teman saya bertanya, “Selanjutnya kami harus ke mana?” Agen itu tersenyum lagi, menunjuk saya, dan berkata kepadanya, “Tetaplah dekat dengan teman Anda.”
Itu dapat menjadi nasihat yang baik bagi kita semua ketika kehidupan ini begitu melelahkan kita: tetaplah dekat dengan sahabat-sahabat kita. Walaupun Yesus adalah sahabat terbaik kita, kita juga perlu menjalin hubungan dengan sesama orang percaya untuk menolong kita bertahan dalam kehidupan ini.

Dalam suratnya yang pertama, Petrus menulis kepada orang-orang percaya yang membutuhkan satu sama lain karena mereka sedang menderita karena iman mereka. Dalam sejumlah kalimat singkat di pasal 4, Petrus menyebutkan adanya kebutuhan untuk saling menerima dan memberikan “kasih yang sungguh-sungguh,” doa, dan tumpangan (ay.7-9). Ia juga menyebutkan adanya kebutuhan bagi orang percaya untuk mengguna-kan karunia rohani mereka dalam melayani satu sama lain (ay.10). Di bagian Alkitab lainnya, kita didorong untuk saling menghibur dengan penghiburan yang telah diberikan Allah kepada kita (2 Kor. 1:3-4) dan untuk saling membangun dalam kasih (1 Tes. 5:11).

No comments:

Post a Comment